Apa Penyebab Banyak Pengangguran di Indonesia di Tahun 2024? Gen Z Harus Upgrade Skill


INFOMASZEH.COM
- Apa penyebab banyak pengangguran di Indonesia? Belakangan ini, mencari pekerjaan semakin sulit, terutama bagi Generasi Z. Berdasarkan data terbaru, sekitar 9,9 juta Generasi Z di Indonesia saat ini menganggur. 

Mereka tidak memiliki pekerjaan atau tidak mengikuti pendidikan atau pelatihan tertentu. Awalnya, saya berpikir bahwa ini wajar karena banyak di antara mereka yang masih muda dan membutuhkan waktu untuk beradaptasi. 

Namun, setelah riset lebih dalam, masalah ini ternyata lebih kompleks dari yang kita kira. Ini adalah salah satu kendala besar yang bisa menghambat kita menuju Indonesia Emas 2045. Banyak orang khawatir akan masa depan mereka, dan itu wajar.

Survei dari Bank Indonesia pada Januari lalu menunjukkan bahwa dalam enam bulan ke depan, ketersediaan lapangan kerja akan menurun. Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi mengatakan bahwa pendidikan tinggi adalah opsional, tidak wajib dipenuhi. 

Selain itu, survei dari perusahaan perekrutan menunjukkan bahwa banyak perusahaan di Indonesia saat ini menghentikan perekrutan karena khawatir harus melakukan pemutusan hubungan kerja di masa depan. Fakta lainnya, survei global menunjukkan bahwa 40% perusahaan enggan mempekerjakan Generasi Z. 

BACA JUGA: Rekomendasi Freelance Terbaik 2024, Hati-hati dengan Penipuan Kerja Paruh Waktu

Jadi, di mana sebenarnya masalahnya? Apakah benar Generasi Z kita tidak kompeten? Apa yang harus kita lakukan? Jika negara tidak bisa menyediakan lapangan pekerjaan bagi warganya, situasinya bisa menjadi sangat fatal untuk Generasi Z.

Mengapa Indonesia Tertinggal?


Indonesia tertinggal karena produktivitas negara kita rendah. Contohnya, mengapa Apple memilih berinvestasi di Vietnam daripada di Indonesia? 

Jika kita bicara produktivitas, kita harus melihat tahap-tahap yang harus dilalui. Negara-negara maju selalu melalui tiga sektor ini: pertanian, manufaktur, dan jasa.

Negara-negara seperti China memulai dengan pertanian, kemudian beralih ke manufaktur, dan akhirnya ke sektor jasa. Di sektor pertanian, warga diarahkan untuk bertani, menanam, dan memanen. 

Ketika sektor ini sudah kuat, mereka pindah ke manufaktur, membuka pintu untuk investasi asing agar warga bisa bekerja mengoperasikan mesin. Setelah itu, mereka masuk ke sektor jasa, di mana mereka memberikan nilai tambah melalui layanan.

Namun, teknologi telah mengubah semuanya. Pertanian sekarang membutuhkan teknologi IoT dan AI, manufaktur membutuhkan chip-chip AI, dan sektor jasa berkembang ke arah pengembangan IT dan AI. 

Indonesia mengalami apa yang disebut prematur de-industrialization. Ketika ekonomi kita tumbuh pesat di era kejayaan manufaktur, kita terlalu cepat beralih ke sektor jasa. Akibatnya, kemampuan SDM kita tertinggal.

BACA JUGA: 5 Rekomendasi Produk Shopee Affiliat yang Cepat Laku di Pasaran

Kurangnya Pendidikan Tersier


Sekarang, kita masuk ke masalah kedua: pendidikan. Di Indonesia, hanya 10% penduduk yang memiliki akses ke pendidikan tinggi. Ini jauh dibandingkan negara-negara tetangga seperti Uni Emirat Arab (47%), Singapura (33%), dan Amerika Serikat (37%). 

Padahal, anggaran pendidikan kita cukup besar, mencapai Rp665 triliun pada tahun 2024.Namun, masalahnya bukan hanya pada anggaran, tetapi pada kualitas pendidikan. Istilah yang harus kita pahami adalah Return on Education (ROE). 

Ini mengukur seberapa besar pendapatan negara meningkat untuk setiap warga yang berhasil menyelesaikan pendidikan tertentu. 

Di Vietnam, ROE mencapai 9-10%, yang menunjukkan investasi pendidikan mereka sangat efektif. Sedangkan di Indonesia, ROE hanya sekitar 5%.

BACA JUGA: Kerja dari Rumah! 7 Cara Dapat Uang dari TikTok Ini Bisa Tembus Penghasilan Jutaan per Bulan

Masalah Lapangan Pekerjaan


Penyebab banyak pengangguran di Indonesia. Penyerapan tenaga kerja di Indonesia lemah. Sektor formal terus mengalami penurunan, terutama bagi Generasi Z. Setiap 1% pertumbuhan ekonomi, hanya menciptakan sekitar 20.000 pekerjaan baru. 

Ini karena kita melewati masa kejayaan manufaktur di tahun 1990-an. Selain itu, pekerjaan-pekerjaan saat ini lebih banyak membutuhkan tenaga kerja dengan keterampilan tinggi.

Sektor formal membutuhkan pekerja yang terstruktur, sedangkan sektor informal cenderung menawarkan pekerjaan yang kurang terstruktur. 

Saat ini, ekonomi global sedang melambat, yang menyebabkan banyak perusahaan menghentikan perekrutan atau bahkan melakukan pemutusan hubungan kerja.

BACA JUGA: Cara Sharelink Shopee Affiliate Terbaru 2024, Bisa Tembus Penghasilan Rp7 Juta per Bulan

Masalah Generasi Z

Terakhir, kita masuk ke masalah Generasi Z itu sendiri. Banyak perusahaan enggan mempekerjakan Generasi Z karena mereka dianggap kurang serius dan sulit menyesuaikan diri dengan pekerjaan.

Generasi ini sering merasa overwork, butuh healing, dan lebih suka bekerja sebagai freelancer daripada pekerjaan full-time. Generasi Z juga lebih suka bekerja di sektor jasa daripada manufaktur atau pertanian. 

Mereka cenderung mencari pekerjaan yang memberi kebebasan dan fleksibilitas. Ini membentuk stigma negatif di kalangan employer dan HRD di seluruh dunia.

Solusi dan Harapan untuk Masa Depan

Untuk mengatasi masalah penyebab banyak pengangguran di Indonesia ini, kita perlu melakukan beberapa langkah penting:

  • Revitalisasi sektor manufaktur dan pertanian

Kita perlu kembali fokus pada sektor manufaktur dan pertanian untuk menciptakan lebih banyak lapangan pekerjaan.

  • Peningkatan kualitas pendidikan

Pendidikan tersier harus dianggap penting dan relevan untuk memenuhi permintaan tenaga kerja yang berkompeten.

  • Penyerapan tenaga kerja yang lebih baik

Pemerintah dan perusahaan harus bekerja sama untuk membuka lebih banyak lapangan pekerjaan, terutama di sektor formal.

  • Transformasi mentalitas generasi Z

Generasi Z perlu menyadari pentingnya serius dalam mencari pekerjaan dan menyesuaikan diri dengan kebutuhan pasar kerja.

BACA JUGA: 10 Cara Menghilangkan Iklan di Hp Android, Dijamin Ampuh dan Gak Bikin BT

Dengan langkah-langkah ini, kita berharap bisa mewujudkan Indonesia Emas 2045. Generasi Z akan menjadi tulang punggung SDM kita ke depannya. 

Mari bersama-sama kita wujudkan masa depan yang lebih cerah dan penuh harapan. Semangat untuk yang sedang mencari kerja!


Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak